Rembang—Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Rembang menggelar seminar deradikalisasi Gerakan Keagamaan Kontemporer, Kamis (24/11) di aula MAN Rembang. Seminar ini diikuti oleh ratusan siswa dari MA, SMA, SMK, dan mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Rembang.
Bertindak sebagai narasumber yaitu Kapolres Rembang yang diwakili oleh Kasat Intelkam Polres Rembang, Anton Wiyono dan Ketua Majelis Permusyawaratan Pengasuh Pesantren Indonesia (MP3I), KH Zaim Ahmad Ma’shoem.
Dalam paparannya, Anton Wiyono mengatakan, radikalisme dan terorisme merupakan hal yang harus diantisipasi sejak dini, terumata pada remaja. Ini karena remaja merupakan sasaran empuk gerakan radikalisme. “Ada beberapa alasan mengapa mereka membidik remaja. Pertama remaja itu rata-rata sedang mencari identitas diri, mempunyai sifat emosional, semangatnya sangat tinggi, gemar mencoba-coba, dan menginginkan eksistensi diri,” jelasnya.
Sementara Zaim Ahmad mengatakan, radikalisme ini akan sangat dengan mudah masuk kepada seorang remaja yang tidak mempunyai dasar keagamaan yang kuat sejak kecil. “Gerakan-gerakan radikalisme ini akan mendekati kepada remaja yang baru saja belajar agama,“ sambung Zaim Ahmad.
Ditambahkannya, sekarang ini banyak orang yang mempunyai semangat yang tinggi, namun tanpa didasari dengan keilmuan, atau dengan ilmu tapi masih dangkal. “Inilah sasaran dari gerakan radikal,” sambungnya.
Mengatasi hal tersebut, anak-anak muda haruslah ditanamkan nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin dan tetap mengedepankan toleransi dalam menghadapi kemajemukan masyarakat. “Seperti yang diterapkan oleh walisongo yang berhasil menyebarkan agama Islam di tanah air, adalah karena memiliki kearifan lokal,” pungkas Zaim Ahmad.—Shofatus s.