Kemenag (Rembang) — Di sepanjang Pantura, tepatnya di Kecamatan Lasem, Rembang, tampak gapura Kampung Pecinan Lasem. Masuk tak jauh sekitar 200 meter, kita akan mendapati ronda estetik berhiaskan kaligrafi Arab dan China.
Ronda itu adalah jalan menuju ponpes Kauman Lasem asuhan KH Zaim Ahmad Ma’shoem. Pondok Pesantren Kauman Lasem didirikan pada 27 Ramadhan 1424 H (21 November 2003 M) oleh KH. M. Za’im Ahmad Ma’shoem. Awalnya hanya memiliki 5 santri (3 putri, 2 putra).
Nama Kauman diambil dari nama daerah tempat berdirinya pesantren, mengikuti tradisi para Kyai terdahulu seperti Pondok Langitan, Lirboyo, dan Krapyak.
Pada awal berdirinya, kondisi pesantren sangat sederhana yaitu berupa asrama berupa rumah panggung dari kayu (lumbung). Saat itu, musala juga masih terbuat dari bahan kayu, difungsikan ganda sebagai tempat ibadah dan belajar.
Meskipun sederhana, pesantren berkembang pesat. Banyak masyarakat tertarik untuk menitipkan anak-anak mereka sebagai santri di sini.
Letak dan Lingkungan SosialPesantren berada di Kauman, Desa Karangturi, Lasem, Kabupaten Rembang, sekitar 2,7 km dari Laut Jawa.Daerah ini dikenal sebagai pecinan (komunitas Tionghoa), dengan sekitar 94% penduduk non-Muslim.
Meskipun begitu, hubungan sosial sangat harmonis, karena warga pesantren dan masyarakat Tionghoa sama-sama menjunjung toleransi, kemajemukan, dan saling menghormati perbedaan agama. Tidak pernah terjadi konflik SARA di kawasan ini.
Tasamuh dan Ukhuwah Insaniyyah
Filosofi yang hidup di pesantren ini berpijak pada tasamuh (toleransi) dan ukhuwah insaniyyah semangat memanusiakan sesama.
Kyai Za’im menanamkan nilai-nilai utama:
1. Kemandirian dan kesederhanaan, sesuai warisan pesantren salaf.
2. Menjaga ilmu agama klasik (kitab kuning) agar tidak punah.
3. Keterbukaan sosial: santri diajarkan berinteraksi dengan masyarakat sekitar tanpa membedakan keyakinan.
4. Pengabdian sosial dan peduli lingkungan, misalnya kerja bakti, ronda malam, melayat warga Tionghoa, dan membantu kegiatan sosial.
5. Pendidikan holistik: menggabungkan ilmu agama (salaf) dan life skill seperti komputer, menjahit, jurnalistik, pertanian, kewirausahaan, dan tata boga.
Pengembangan Pendidikan Formal
Ponpes Kauman tak hanya berhenti pada kajian kitab salaf, namun hingga pendidikan formal.
Saat ini, Ponpes Kauman memiliki lembaga pendidikan formal yaitu PAUD, SD, SMP, MA dan STAI Al-Hidayat.
Siswanya tak hanya dari santri, tapi juga masyarakat sekitar.Pesantren Kauman menjadi simbol harmoni Islam dan Tionghoa di Lasem. Filosofinya menegaskan bahwa keberagamaan yang benar adalah yang menghadirkan kedamaian di tengah perbedaan.
Melalui pendidikan dan keteladanan, pesantren ini berhasil membangun hubungan sosial yang inklusif hingga beberapa warga Tionghoa akhirnya memeluk Islam karena tertarik oleh akhlak dan toleransi yang diajarkan.
Penulis : Kholilurrahman/Abdul Mujib Editor: Iqo Shofwa