Rembang (Kemenag) — Penampilannya sederhana, tutur katanya santun, namun ketika berbicara tentang keilmuan, ia menunjukkan kecakapannya, sikap yang tegas dan sangat berprinsip.
Busro Anabik, salah satu wajah santri Ponpes Al-Anwar, Sarang, Rembang. Busro, demikian akrab disapa, tidak pernah membayangkan memboyong predikat juara I Musabaqoh Qiroatil Kutub (MQK) tingkat nasional. Ia berhasil menyisihkan puluhan santri lainnya dari Ponpes se-Indonesia di cabang lomba hadist dan ilu hadits.
Ketika ditunjuk oleh pengurus Ponpes mewakili lomba MQK mulai tingkat kabupaten, Busro hanya sami’na wa atho’na, menaati perintah guru. Dan selama pembinaan, Busro menunjukkan kesungguhannya, sehingga ia lolos MQK di tingkat Kabupaten Rembang yang diadakan oleh Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Rembang dan Kemenag Rembang di Ponpes Narukan, Kragan.
Hingga di tingkat Jawa Tengah, Busro pun kembali lolos dan didapuk untuk bergabung dalam kontingen Jawa Tengah, berkompetisi dengan peserta lainnya dari seluruh nusantara.
Busro pun berperan dalam mengangkat kafilah Jawa Tengah yang dipimpin oleh Kakanwil Kemenag Jateng, sebagai Juara Umum MQK Nasioanal ke-8 tahun 2025.
Selain Busro, Ponpes Al Anwar juga menyumbang 4 emas, 3 perak, 1 perunggu dan 1 juara harapan I untuk kontingen Jawa Tengah.
Tidak Ujub
Busro adalah santri sederhana dari Desa Bendo, Kecamatan Sluke Kabupaten Rembang. Satu desa yang terbilang terpencil karena letaknya di atas bukit. Namun justru dengan penuh keterbatasan, menjadikannya semangat untuk meraih berkah ilmu di Ponpes Al Anwar, hingga meraih prestasi di ajang MQKN.
Raihan prestasi ini tentunya sangat bergengsi dan membanggakan, utamanya bagi PP Al Anwar, Kabupaten Rembang dan kafilah Jateng. Namun hal ini menjadikan Busro semakin merendah diri dan menjadi pelecut untuk menimba ilmu lebih dalam lagi di Ponpes rintisan KH Maimoen Zubair ini.
Busro tentu merasa senang, namun ia tidak berbangga diri. Hal ini sebagaimana pesan dari sang guru. “Kalau ditanya senang, tentu saya merasa senang. Namun tidak boleh ujub (sombong) sebagaimana yang didawuhkan oleh para masyayikh,” kata Busro dalam tayangan Pondcast Kemenag Rembang baru-baru ini.
Ada hal yang menjadi pemantik Busro untuk mendalami ilmu hadist. Yaitu sang guru yang memiliki sanad ilmu kepada ulama di Makkah. “Guru-guru saya seperti KH Najih Maimun, KH Ubab Maimun, adalah muhaddits, murid Sayyid Muhammad ulama di Makkah. Ini yang menjadi semangat saya untuk bersungguh-sungguh dalam lomba MQK ini,” ungkap Busro.
Berkat bimbingan guru dan kesungguhannya dalam belajar, pria berusia 19 tahun dan kelas 6 muhadharah PP Al Anwar Sarang ini diberikan kelancaran dalam menjawab pertanyaan dewan hakim seputar Kitab hadits Riyadhus shalihin.
Busro mengungkapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua dan para masyayikh, juga pihak-pihak yang mendukungnya.
Wujudkan Cita-cita Mbah Maimoen
Busro adalah salah satu santri yang muwujudkan impian Mbah Maimoen, agar Ponpes Al-Anwar bisa menyumbang prestasi untuk Rembang dan Jateng dalam ajang MQKN.
Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh KH Dawam Affandi. “Alhamdulillah kami bisa mewujudkan impian Syaikhona Mbah Maimun. Sebelum beliau wafat, beliau memimpikan bahwa ponpes Al-Anwar bisa berkontribusi banyak untuk Rembang dan Jateng. Karena dulu waktu MQK di Jepara tahun 2017, PP Al Anwar memboyong hanya sedikit juara. Beliau agak sedikit kecewa,” kata KH Dawam dengan penuh haru.
Berangkat dari itu, para guru dan santri bertekad untuk mewujudkan cita-cita Mbah Maimoen. “Kita ingin serius membuah Mbah Maimoen bungah (senang). Maka sejak itu kita persiapkan santri-santri kita untuk maju dan membawa yang terbaik di MQK,” lanjut KH Dawam.
Pihak Ponpes pun menyiapkan satu santri dibimbing oleh satu guru. Selain itu, KH Dawan juga menyulut semangat para peserta untuk bersungguh-sungguh, membangun kepercayaan diri, dan menunjukkan keberanian berkompetisi di ajang MQK. “Seperti Mbak Tutik juara I nahwu Ulya, itu kan anaknya pemalu. Tapi saya beri semangat supaya berani ketika di majlis. Akhirnya dia menunjukkan presentasinya dengan penuh semangat, bahkan dengan bahasa tubuh, menggerakkkan tangannya. Itu yang membuat poin plus bagi dewan hakim sehingga menjadi juara I,” papar KH Dawam.
KH Dawam mengatakan, MQK merupakan kegiatan yang sangat positif dalam membentuk mental para santri. “Kami merasakan bahwa event MQK ini banyak manfaatnya. Mental santri bisa terbentuk dengan bagus, mereka jadi lebih rajin belajar dan banyak lagi pengalaman-pengalaman lainnya,” ungkap KH Dawam.
Generasi Unggul
Bagi Busro, menjadi santri yang bisa memahami turats atau kitab kuning adalah orang yang sukses. Ia menyampaikan kepada generasi remaja untuk bisa menjadi santri dan mempelajari kitab kuning. Karena kitab kuning adalah kitabnya ulama salaf dan sebagai wasilah untuk keberlajutan agama Islam di muka bumi.
“Banyak orang yang pandai ilmu umum, tapi tidak banyak orang yang pandai ilmu agama. Alangkah beruntungnya kita bisa menjadi golongan orang yang sedikit tapi unggul,” ucapnya.
Penulis: Shofatus Shodiqoh