Rembang (Kemenag) — Adab dalam mencari ilmu harus diperhatikan agar meraih keberkahan ilmu. Keberkahan dalam mencari ilmu ini penting agar ilmu menjadi bermanfaat bagi diri sendiri dan masyarakat.
Demikian disampaikan oleh KH Chazim Mabrur dalam Ngaji Bandongan yang digelar dalam rangka Hari Santri, Senin (20/10/2025) di Musala As Salam Setda Rembang. Ngaji Bandongan ini mengkaji Kitab Adabul Alim wal Muta’allim karya Syaikh KH Hasyim Asy’ari.
KH Chazim mengatakan, kewajiban mencari ilmu telah dijelaskan di dalam Al-Quran dan Hadits. Belajar adalah kewajiban bagi setiap manusia, karena berguna untuk meningkatkan potensi diri.
KH Chazim menyampaikan adab mencari ilmu, yaitu niat yang lurus karena Allah, bersungguh-sungguh, menghormati guru, menjaga adab saat belajar, serta mengamalkan ilmu yang didapat.
KH Chazim menyebutkan, agar ilmu barokah, maka orang yang mendapatkan ilmu harus mengamalkannya. Semisal, orang yang tahu bahwa salat dan puasa itu wajib, maka harus ditunaikan.
KH Chazim juga mengemukakan, agar ilmu menjadi barokah, maka santri harus menghargai ilmu dan menghormati guru. Menurut KH Chazim, penghormatan guru untuk mendapatkan keberkahan ilmu dengan mencium tangan adalah hal yang tidak dilarang Nabi Muhammad saw.
KH Chazim mengungkapkan, pada saat Sahabat Nabi berdiri menyambut kehadiran Nabi, Nabi memang berkata “Tidak usah.” Tapi Sahabat mengatakan, “Tidak Nabi, ini adalah kewajiban kami menghormati Anda sebagai pemimpin.” Lalu Nabi menjawab,” Ya sudah, tapi saya tidak menyuruh.”
Hal tersebut, kata KH Chazim, dapat dimaknai bahwa Nabi tidak melarang penghormatan kepada guru dengan adab. “Jadi, santri cium tangan kyai adalah sudah adab penghormatan, tapi guru juga tidak boleh gila hormat, sehingga kalau ada yang salaman tapi tidak mencium tangan itu ya jangan tersinggung,” kata KH Chazim.
Ngaji Bandongan ini juga dilaksanakan di aula Ramah Kemenag Rembang. Bertindak sebagai narasumber yaitu K. Asrof. Ia memaparkan, adab adalah sesuatu yang tampak. Adab ini selayaknya dimiliki santri dalam menuntut ilmu. Ia memaparkan beberapa adab santri dalam menuntut ilmu.”Orang yang menuntut ilmu dan memiliki ilmu, maka ia akan mulia. Namun jangan sekali-kali berniat ingin mulia karena memiliki ilmu, apalagi ingin menjadi terkenal,” terang dia.
Ia juga menyampaikan bahwa ilmu bukan hanya dipelajari, namun untuk diamalkan. “Kalau kita merasa bodoh, jangan merasa gengsi untuk ngaji,” tegasnya.
K. Asrof juga mengemukakan fenomena umat sekarang banyak yang mengaji melalui dunia maya. K. Asrof mengatakan, hal tersebut tidaklah masalah, karena mungkin keterbatasan jarak dan waktu. “Namun yang demikian harus ditashihkan dengan manusia, yaitu subyek pengajar ilmu atau kyai,” kata K. Asrof.
Kepala Kemenag Rembang, Moh. Mukson mengatakan, Ngaji Bandongan (semacam kuliah umum) adalah tradisi turun temurun pesantren. Tradisi ini menjadi kekayaan pesantren untuk sarana belajar santri dan saat ini masih lestari.
Dalam Ngaji Bandongan ini, peserta yang terdiri dari ASN Pemkab Rembang dan Kemenag Rembang. Peserta menyimak Ngaji Bandongan dengan tertib dan khidmat.
Nur Aini, staf Seksi Bimas Islam Islam mengatakan, Ngaji Bandongan ini sangat bermanfaat baginya. Menurut Aini, ASN sangat butuh sentuha rohani untuk ditetapkan dalam kehidupan sehari-hari. “Kitab Adabul Alimwal Muta’allim sangat bagus, karena menjelaskan tentang akhlak manusia, akhlak santri kepada guru,” kata Aini.
Peserta Ngaji lainnya, Abdul Ghofur dari KUA Kecamatan Rembang mengatakan, Ngaji Bandongan sudah terbukti menjadi sistem pembelajaran yang efektif. Menurutnya, ngaji bandongan bukan hanya sekadar belajar, tapi sarana menimba keberkahan ilmu. “Di dalamnya ada adab, kesabaran, dan penghormatan kepada guru kita untuk mendapatkan keberkahan ilmu,” kata Ghofur.
Kontributor: Siti Nafiah/humas
Editor: Iqo shofwa