Rembang—Madrasah Diniyyah Takmiliyyah merupakan lembaga pendidikan non formal yang sejatinya mempunyai peranan yang sangat penting bagi dunia pendidikan di Indonesia. Madin merupakan lembaga pendidikan yang menyempurnakan pendidikan agama bagi siswa yang bersekolah pada pagi hari, guna membentuk generasi yang berakhlakul karimah.
Demikian mengemuka dalam Sosialisasi Kurikulum Madrasah Diniyyah Takmiliyyah yang diselenggarakan oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang di Gedung Hemat, (13/11).
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang, Atho’illah mengatakan, madrasah diniyyah merupakan lembaga pendidikan yang keberadaannya sudah ada sejak sebelum kemerdekaan. Oleh karenanya, keberadaannya harus dipertahankan sebagai upaya pelestarian budaya ulama terdahulu.
Kendati demikian, masih banyak dijumpai kendala untuk pengembangan penyelenggaraannya. Antara lain masih rendahnya manajemen pengelolaan, minimnya sarana prasarana, dan kurikulum yang masih cenderung konvensional.
Kondisi yang demikian bukan tak mungkin madin akan semakin ditinggalkan oleh masyarakat. Untuk mengantisipasinya, diperlukan beberapa strategi. Salah satu hal yang dapat dilakukan sedini mungkin, kata Atho’illah, yaitu menciptakan suasana pembelajaran yang damai dan menyenangkan agar santri semangat berangkat madin.
Sementara Ketua FKDT Kecamatan Kragan, Ahmad Junaidi mengatakan, diperlukan pembaharuan kurikulum agar madin tidak semakin ditinggalkan oleh masyarakat. Hal ini mengingat, kurikulum yang diberlakukan masing-masing lembaga madin masih cenderung konvensional.—Shofatus Shodiqoh