Rembang—Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang, Atho’illah meminta pers untuk tidak terlibat memublikasikan berita bohong (hoax) yang saat ini sedang marak berkeliaran di media sosial. Pers justru diminta untuk menepis hoax dan menyajikan berita yang akurat dan dapat dipercaya.
“Maraknya berita bohong (hoax) yang berkeliaran di media sosial saat ini diharapkan mampu ditanggulangi oleh keberadaan pers. Berita-berita bohong yang tidak jelas sumber dan tidak jelas kebenarannya sudah menjadi sindrom dan sebuah penyakit yang merajalela. Media sosial seperti hutan belantara yang jika tidak mendapatkan petunjuk arah yang benar, setiap orang bisa tersesat di dalamnya,” ungkap Atho’illah menyambut Peringatan HPN yang diselenggarakan oleh PWI Provinsi Jawa Tengah, di Rembang, Kamis-Jum’at (2-3/3) lalu.
Atho’illah meminta pers bisa menjadi mitra masyarakat dan pemerintah yang bukan menjadi media penyebar fitnah. Namun pendukung pembangunan dan penentram masyarakat. “Keberadaan pers, utamanya media-media nasional maupun lokal yang resmi, diharapkan mampu menepis setiap berita bohong yang muncul di media seperti facebook, whatsapp, dan sejenisnya,” pintanya di hadapan segenap pengurus dan anggota PWI yang hadir.
Komitmen untuk memerangi berita hoax tersebut juga disampaikan oleh Amir Mahmud. Pada saat orientasi Jurnalistik yang terangkai dalam Peringatan HPN tersebut, Amir mengatakan, sebagai Ketua PWI, pihaknya meminta segenap anggota PWI untuk memperkuat komitmen terhadap keakuratan berita.
“Munculnya media-media yang bertentangan dengan produk jurnalistik, kian menodai citra para wartawan. Di era keterbukaan informasi saat ini, masyarakat rentan mendapatkan berita yang tidak pasti akan kebenarannya,” keluh Amir.
Untuk itu, PWI bertekad berkomitmen bersama memerangi berita bohong. Amir menekankan insan pers untuk menyajikan berita yang akuntabel, terverifikasi, sehingga berita yang diperbanyak di masyarakat adalah terpercaya. –Shofatus s.