Di sudut pilar Pendopo museum Kartini duduk sepasang jemaah haji yang akan berangkat tahun ini. Mereka adalah salah satu jemaah calon haji tertua, yaitu Mbah Sarju dan Mbah Sayati.
Saat itu, Mbah Sayati termasuk tengah serius menyimak materi manasik dari beberapa narasumber pada acara penutupan manasik haji yang digelar di Pendopo Museum Kartini, Senin (9/7/2018).
Kendati usianya sudah lanjut, namun semangatnya untuk berhaji sangat tinggi. Serangkaian acara manasik mereka ikuti dengan suka cita, tanpa suatu keluhan apa pun.
Mbah Sarjo yang sudah berusia sekitar 80 tahun ini mengaku sudah berkeinginan untuk menunaikan ibadah haji sejak lama. Penghasilannya dari bertani, ditambah dengan menjual sedikit petak tanah, ia kumpulkan, sehinga tahun ini ia bisa berhaji bersama dengan istrinya tercinta.
“Tidak ada keluarga yang mendampingi Mbah?,” tanya kami.
“Tidak. Putra saja berangkat, tapi tiga tahun lagi,” jawab mereka berdua.
Padahal, Mbah Sarjo ini sudah beberapa bulan terakhir mengenakan tongkat untuk berjalan. Pekerjaan yang menuntut Mbah Sarjo untuk angkat beban berat, berefek pada kekuatan kakinya yang semakin tua kian melemah.
“Kemarin sudah diperiksakan dokter di RSI. Dan diajurkan membawa tongkat sama dikasih obat,” ujar Mbah Sayati.
Mbah Sayati yang sudah berusia 68 tahun ini mengaku akan mendampingi Mbah Sarjo selama menunaikan ibadah haji nanti. Pemikiran mereka sederhana, sisa usia mereka sudah harus diisi dengan ibadah yang sebanyak-banyaknya.
“Mpun sepuh ngeten bade nopo malih nek mboten ngge ngibadah (Sudah tua begini mau apalagi kalau tidak untuk beribadah?),” ujarnya.
Pasangan suami istri yang sudah mempunyai sembilan cucu dan dua cicit ini berharap diberi kekuatan dan kesehatan selama beribadah haji nanti. Mbah Sayati sudah berkomitmen untuk mendampingi Mbah Sarjo yang kondisi fisiknya agak melemah. “Semoga bisa lancar dan selamat kembali ke tanah air,” pungkas Mbah Sayati. — iq