Rembang—Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Rembang bekerjsama dengan Setda Rembang menggelar Dialog Lintas Agama, Deradikalisasi, dan Anti Narkoba di Halaman Rumah Dinas Wakil Bupati, Jum’at (8/4).
Acara ini diselenggarakan untuk menyambut kedatangan tim ekspedisi Islam Nusantara dari PBNU yang tiba di Rembang pada Kamis malam (7/4). Kedatangan tim ini diterima langsung oleh Bupati Rembang Abdul Hafidz didampingi oleh Kepala Kankemenag Kabupaten Rembang, Atho’illah, serta jajaran forkominda.
Dialog ini dibuka oleh Bupati yang diwakili oleh Kepala Kesbangpolinmas, Kartono. Bertindak sebagai pembicara pada dialog tersebut yaitu Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Rembang H Adib Bisri Hattani dan Zainuddin Ja’far dari MUI Kabupaten Rembang. Adapun peserta berasal dari PCNU Rembang dan PCNU Lasem, serta tokoh agama Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
Kartono mengatakan, radikalisme harus dihindari dan diwaspadai. Yaitu waspada terhadap diri sendiri, terhadap keluarga, dan terhadap lingkungan masyarakat. “Terhadap diri sendiri maksudnya agar kita mewasapdai diri kita sendiri untuk tidak terpengaruh terhadap paham-paham radikalisme dengan dalih membela agama. Waspada terhadap keluarga maksudnya, kita harus mengawasi anak-anak kita agar tidak terpengaruh pula terhadap ajakan kelompok radikalisme. Dan harus kita waspadai pula jika ada kelompok radikalisme yang telah merambah lingkungan kita,” urai Kartono.
Dalam paparannya, Adib mengatakan, Walisongo mempunyai peran yang penting dalam membentuk karakter masyarakat Indonesia yang Islam, tanpa meninggalkan ke-Indonesia-annya.
Walisongo merupakan pembaharu (mujaddid) karakter masyarakat Indonesia. Dulu pada zaman Majapahit, budaya atau perilaku masyarakat begitu rusak. Sebagai contoh, ketika akan melakukan ritual ibadah, maka pada malam harinya mereka melakukan budaya Molimo. Perilaku inilah yang sedikit demi sedikit dihilangkan oleh walisongo.
Sementara Zainuddin menyinggung tentang gerakan radikalisme yang dimotori oleh pihak-pihak yang ingin memecah belah NKRI. Menurutnya, jika kita semua konsisten dengan NKRI, maka tidak akan muncul gerakan-gerakan tersebut.
“Kita jangan mengganggap radikalisme itu sesuatu yang biasa. Dan yang sudah terjebak dengan gerakan ini harus kita sadarkan. Yang digembar-gemborkan oleh gerakan radikal ini Indonesia adalah bukan negara Islam. Harus diberikan pencerahan bahwa NKRI itu sudah final, dan Pancasila melindungi semua agama,” tandas Zainuddin.
“Kelompok Santoso itu sudah bikin kita ketir-ketir. Kita harus sadar bahwa kita sangat dekat dengan pengaruh mereka,” imbuhnya menegaskan.—Shofatus Shodiqoh