Rembang—Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang melalui Seksi Pendidikan Agama Islam menyelenggarakan seminar Penguatan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin dan Multikultural pada Senin (6/1) di Hotel Kencana, Rembang.
Acara ini diikuti oleh 40 siswa SMK/SMA se-Kabupaten Rembang. Bertindak sebagai narasumber yaitu Dandim 0720 Rembang, Darmawan Setiady, Polres Rembang, Kakankemenag Kabupaten Rembang, Atho’illah, dan Kasi PAIS Ruchbah.
Dalam paparannya, Dandim mengungkapkan kepada peserta, bahwa Indonesia saat ini sedang dalam kondisi proxy war. Yaitu perang yang tidak tampak secara kasat mata. Perang tersebut berwujud penjajahan ekonomi dan SDM. Dalam penjajahan ekonomi, pihak-pihak asing berusaha menguasai sendi-sendi perekonomian dalam negeri. “Di Indonesia banyak kita temukan perusahaan asing. Dan semua keuntungannya lari di negara investornya,” jelasnya.
Sementara penjajahan SDM dapat dilihat dari upaya-upaya asing untuk merusak moral generasi muda, melalui narkoba, budaya negatif, pergaulan bebas, alkohol, dan lainnya. “Sehingga generasi muda tidak mempunyai lagi kemampuan untuk meneruskan pembangunan bangsa ini dan semuanya akan diambil alih oleh asing,” katanya.
Sementara Atho’illah berpendapat, untuk menghadapi penjajahan tersebut, perlu ditanamkan kepada generasi muda tentang fenomena-fenomena tersebut. Karena generasi mudalah yang digadang-gadang akan meneruskan pembangunan Indonesia. “Pelajar harus mempersiapkan diri sedini mungkin menjadi pribadi yang berkualitas, baik secara moral dan kemampuan berpengetahuan dan berkeahlian. Hal ini juga sebagai upaya mempertahankan Indonesia dalam satu kesatuan NKRI,” katanya.
Isu-isu perbedaan SARA, pelanggaran HAM, juga tengah menjadi topik untuk memecah belah negeri ini. “Oleh karena itu, kita harus mampu berpegang teguh pada ajaran agama. Namun juga bisa menyikapi perbedaan di Indonesia dengan bijaksana. Karena Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin,” lanjut Atho’illah.
Ditambahkannya, generasi muda harus bisa memberikan ide-ide hebat untuk pembangunan bangsa. “Juga bisa menciptakan persepsi bahwa islam itu warna yang indah bila dipandang, menjadi sebuah lagu yang harmoni, dan amaliyahnya bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, dan bangsanya,” pungkasnya.—shofatus s.