Rembang (24/1)—Banyaknya bangunan masjid dewasa ini idealnya diimbangi dengan maraknya kegiatan masyarakat di bidang keagamaan. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Dewasa ini, memang semakin banyak bangunan masjid. Tapi keberadaannya justru kian ditinggalkan oleh masyarakat.
Demikian mengemuka dalam Konsolidasi Pengurus Dewan Masjid Indonesia se-Kabupaten Rembang yang diselenggarakan Sabtu (24/1) di aula Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang. Hadir dalam acara tersebut Plt Bupati Rembang yang diwakili oleh Asisten III Bupati Rembang, Drs. H. Abdullah Zawawi, Ketua Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang Drs. H. Atho’illah, M.Pd.I, Ketua DMI Kabupaten Rembang, Drs. KH. M. Taschin, Kasi Bimas Islam, Drs. HM. Mahmudi, MM, segenap takmir masjid Agung dan Kepala KUA Kecamatan se-Kabupaten Rembang.
Dalam sambutannya, Plt Bupati Rembang menyampaikan pembangunan masjid diharapkan tidak diadakan secara fisik saja. Lebih dari itu, pembangunan masjid harus diiringi dengan pencapaian kualitas, sebagaimana fungsi masjid yang tidak hanya untuk ibadah mahdlah saja.
kepada seluruh takmir masjid untuk meningkatkan peran dan fungsi masjid. Beliau berpesan, pesatnya pembangunan masjid di daerah belum disertai dengan upaya untuk menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan masyarakat. “Berdasarkan survei nasional, dari sekitar 800ribu masjid di Indonesia masih hanya digunakan sebagai tempat ibadah,” urainya.
Sementara Atho’illah mengatakan, kondisi masjid sekarang kian memprihatinkan. Tak jarang masyarakat yang menggunakannya sambil lalu saja. Misalnya untuk sekadar transit buang air ketika dalam perjalanan. Selain itu, jamaah masjid juga kian berkurang. Hal ini menandakan, banyak masyarakat yang mulai meninggalkan dan melupakan masjid. “Ini merupakan kondisi yang memperihatinkan,” tukasnya.
M. Taschin menambahkan, masjid sekarang mulai banyak ditinggalkan oleh jamaahnya. Masyarakat sekarang sudah mulai tidak menomorsatukan sholat. “Dzuhur masih sibuk bekerja. Ashar masih belum selesai bekerja. Maghrib masih dalam perjalanan pulang, Isya sudah lelah dari bekerja, dab shubuh masih terlelap dalam mimpi. Bagaimana kita bisa menjadi ahli surga,” sergahnya..—Shofatus Shodiqoh