Pancur — Penyuluh Agama Islam KUA kecamatan Pancur, Moh. Sahal mengadakan kajian Ramadan di Masjid Desa Trenggulungan, Kecamatan Pancur. Sahal menyampaikan materi kajiannya tentang amalan sunnah. “Walau tak sampai merusak keabsahan ibadah bila dilewatkan, amalan-amalan sunnah dalam ibadah apa pun tidak boleh diabaikan, demi keutamaan dan kesempurnaan ibadah tersebut. Demikian halnya dengan amalan-amalan sunnah dalam ibadah puasa,” kata Sahal kepada jemaah.
Sahal membacakan sepenggal keterangan dalam sebuah kitab karangan Syekh Nawawi al-Bantani yaitu Nihayatuz Zain. Ia menjelaskan, ada 10 amalan sunnah yang harus kita pelihara saat berpuasa. Namun ia hanya menjelaskan dua kesunahan yang kelihatannya amalan biasa, tetapi bisa bernilai ibadah, bila didasari ilmu dan niat.
Dua amalan sunnah tersebut yaitu :
1. Makan sahur, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً
Artinya, “Bersantap sahurlah kalian, karena dalam sahur itu ada keberkahan,” (HR al-Bukhari)
Aktivitas sahur sendiri tercapai dengan menyantap sesuatu walaupun hanya sedikit atau hanya seteguk air. Waktunya adalah selepas tengah malam. Utamanya, ia diakhirkan selama tidak sampai masuk waktu yang diragukan: apakah masih malam atau sudah terbit fajar.
Dalam hadis lain, Rasulullah menandaskan:
لَا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا أَخَّرُوا السَّحُورَ وَعَجَّلُوا الْفِطْرَ
Artinya, “Umatku senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka,” (HR Ahmad)
2. Menyegerakan berbuka sebelum shalat maghrib. Namun, itu tentu dilakukan setelah yakin masuk waktu maghrib, berdasarkan hadis di atas. Saat pertama berbuka, sunnahnya dilakukan dengan kurma. Jika tidak ada, hendaknya dengan air, Berdasarkan sabda Rasulullah:
إِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا، فَلْيُفْطِرْ عَلَى التَّمْرِ، فَإِنْ لَمْ يَجِدِ التَّمْرَ، فَعَلَى الْمَاءِ فَإِنَّ الْمَاءَ طَهُورٌ
Artinya, “Jika salah seorang berpuasa, hendaknya ia berbuka dengan kurma. Jika tidak ada kurma, maka dengan air. Sebab, air itu menyucikan,” (HR Abu Dawud).
“Urutan sebaiknya, pertama dengan kurma basah (ruthab) jika ada. Jika tidak, maka dengan kurma kering (tamar). Jika tidak, maka dengan air. Sebab, sebuah riwayat menyebutkan, sebelum shalat maghrib, Rasulullah saw. selalu berbuka dengan kurma basah. Jika tidak ada, beliau berbuka dengan kurma kering. Jika tidak ada, beliau berbuka dengan air putih. Bagaimana seandainya tidak ada kurma dan air, yang ada misalnya madu dan susu, maka didahulukanlah madu walaupun sama-sama manis,” terang Sahal..
Sahal mengatakan, ia membacakan kitab salaf untuk mendapatkan keberkahan dari mu’alif kitab tersebut. Ia juga berharap bisa menyajikan khazanah ilmu agama dari para ulama’, bukan versi dirinya sendiri. (SY/iq)