Rembang—Program Indonesia Pintar (PIP) yang dicanangkan pemerintah sejak tahun lalu diharapkan mampu mengatasi persoalan pendidikan di Indonesia, yaitu di bidang pendidikan. Pada faktanya, masih banyak masyarakat yang belum mampu mengenyam pendididikan dasar dan menengah.
Demikian mengemuka dalam Sosialisasi PIP yang diadakan di Hotel Fave, Rembang, Selasa (31/5). Acara yang diikuti oleh sekitar 100 Kepala Madrasah Negeri/swasta se-Kabupaten Rembang ini menghadirkan narasumber Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang, Atho’illah dan staf Bidang Pendidikan Madrasah Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, Aini Sa’adah.
Atho’illah mengatakan, PIP merupakan komitmen pemerintah untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Yaitu dengan mengurangi angka putus sekolah dan menambah angka melanjutkan pendidikan di Indonesia.
Dengan bertambahnya angka pendidikan di Indonesia, lanjutnya, maka akan bisa menurunkan dekandensi moral yang akhir-akhir ini ditandai dengan kejadian yang sangat meresahkan. “Selain itu, pencanangan revolusi mental oleh Presiden Joko Widodo juga bisa terwujud,” kata Atho’illah.
Sementara Aini Sa’adah mengatakan PIP dapat menghindarkan masyarakat dari resiko sosial dan mengurangi kesenjangan antara siswa miskin dan kaya, pedesaan dan kota. “PIP akan mampu meningkatkan pemerataan pendidikan di Indonesia,” tandas Aini.
Kendati demikian, Aini meminta agar pendataan siswa penerima PIP tidak asal-asalan. Harus sesuai dengan persyaratan, antara lain siswa pemegang KIP/ dari keluarga pemegang KKS/KPS/PKH. Jika usulan Kepala Madrasah jika kuota masih tersedia dengan kriteria Penerima BSM th 2015 (SKRTM, SKTM,SKKM), siswa dari Panti, siswa Korban Bencana, siswa tidak mampu yang berada di Ponpes/kelaian fisik/yatim/piatu, dan berusia 6 -21 tahun. Adapun bagi anak yang putus sekolah harus mendaftarkan diri kembali ke madrasah sebelum menerima PIP. —Shofatus Shodiqoh