Rembang — Puluhan kader fatayat tampak berjibaku dengan sesosok mayit. Rupanya mereka sedang melakukan pemulasaran jenazah. Satu persatu, mereka mempraktikkan pemulasaran jenazah yang telah dipaparkan oleh narasumber dari Kemenag Rembang. Namun jenazah tersebut bukanlah jenazah betulan, melainkan manekin yang dianggap sebagai jenazah.
Pelatihan ini digelar oleh Pimpinan Cabang Fatayat NU Rembang bekerja sama dengan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang, pada Kamis (28/9/2023) di gedung Yayasan Kesejahteraan Muslimat (YKM) NU, Kecamatan Rembang.
Acara ini menghadirkan narasumber Kasi Bimas Islam Kemenag Rembang, Ali Muchyidin serta perawat jenazah, Fatim dan Saidah. Setelah mendapatkan materi dari Ali Muchyidin, puluhan kader Fatayat dari Pimpinan Anak Cabang (PAC) Fatayat di wilayah Fatayat NU Rembang ini antusias mempraktikkan pemulasaran jenazah didampingi Fatim dan Saidah.
Ali mengatakan, proses merawat jenazah meliputi memandikan, mengkafani, menyolati dan mengubur jenazah. Dari empat proses tersebut, para peserta mempraktikkan proses pertama dan kedua.
Ali menjelaskan, dalam memandikan jenazah, tubuh mayit disiram dengan air secara merata ke tubuhnya untuk menghilangkan najis. Mayit laki-laki dimandikan oleh laki-laki. Sebaliknya, mayit perempuan dimandikan oleh perempuan. Namun suami boleh memandikan mayit istri, begitu juga sebaliknya.
“Dalam mengkafani, jenazah laki-laki diberi tiga lapis, sedangkan jenazah perempuan sebanyak lima lapis. Kain kafan diberikan wewangian terlebih dahulu dan tidak berlebihan dalam mengkafani jenazah,” terang Ali.
Ketua PC Fatayat NU Rembang, Raabiatul Bisriyah mengatakan, kegiatan ini bertujuan untuk mencetak kader-kader Fatayat sebagai perawat jenazah. “Agar kader Fatayat bermanfaat bagi masyarakat, kita adakan pelatihan pemulasaran ini. Sehingga ketika ada keluarga, sahabat, maupun tetangga meninggal dunia, ilmu ini bisa digunakan,” kata Bisriyah. – iq