Rembang – Kasus kekerasan yang terjadi di dunia pendidikan menjadi keprihatinan bagi Kepala kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang. Hal ini merupakan tantangan berat bagi guru PAI yang harus lebih menekankan akhlakul karimah kepada peserta didik.
Demikian dikemukakan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang, Atho’illah ketika menyampaikan materi dalam acara Workshop Penguatan Tugas dan Fungsi Guru PAI tingkat SD dan SMP, di Hotel Kencana, Selasa siang (16/5).
Atho’illah mengatakan, dunia pendidikan saat ini masih mengalami banyak masalah. Kekerasan di dunia pendidikan misalnya. “Fenomena yang masih saja dijumpai dari dulu hingga baru-baru ini. Padahal kekerasan ini sudah dianggap tidak relevan lagi di dunia pendidikan sekarang,” kata Atho’illah.
Tak hanya kekerasan, kasus lain yang memprihatinkan yaitu, kasus amoral, narkoba, seks bebas, miras, tawuran pelajar, hingga ke tingkat kenakalan yang kecil seperti membolos sekolah, dan lainnya.
Tak sebatas itu. Menurut Atho’illah, yang juga patut diprihatinkan adalah penghormatan kepada guru yang semakin menurun. “Dulu ketika guru berdatangan, murid-murid berebut bersalaman dan membawakan tas. Namun sekarang fenomena itu jarang sekali dijumpai. Siswa kadang malah ingin menghindari guru yang cenderung tidak disukainya,” ungkap Atho’illah.
Kompleksitas permasalahan pelajar tersebut kiranya perlu ditanggulangi oleh guru PAI. Atho’illah menganggap guru PAI merupakan tangan panjang Kemenag untuk mewujudkan misi membentuk masyarakat yang berakhlakul karimah, dalam hal ini segmen pelajar.
Atho’illah juga menekankan, keluarga merupakan pondasi utama terwujudnya akhlak baik bagi pelajar. “Ada tiga komponen keberhasilan sebuah pendidikan ahlak kepada anak-anak kita. Yaitu keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat. Guru PAI merupakan ujung tombak untuk memberikan ajaran kepribadian mulia kepada peserta didik,” pungkas Atho’illah. – ss