Rembang — Pesantren Raudlatut Thalibin Leteh Rembang Jawa Tengah menjadi tuan rumah titik terakhir penyelenggaraan Peacesantren: Pesan Damai dari Pesantren.
Digelar di Alun-Alun Rembang pada Sabtu (30/4/2024), Peacesantren dihadiri langsung oleh Menag Yaqut Cholil Qoumas, Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemenag, Eny Retno Yaqut, anggota DPR RI Komisi 8 Sri Wulan, Wakil Bupati Rembang, Mochamad Henies Cholil Barro, dan pejabat eselon 1 di lingkungan Kemenag.
Sekretaris Jenderal Kemenag, Muhammad Ali Ramdhani menyatakan pihaknya sengaja menggelar Peacesantren di bulan Ramadan agar pesan damai yang digaungkan lebih mudah diserap.
“Ramadan ini adalah bulan tempat menyucikan diri kita, untuk meredam berbagai hawa nafsu dan gangguan kemanusiaan,” jelasnya.
“Dengan dilaksanakan di bulan Ramadan saya yakin pesan damai lebih mudah terserap oleh sanubari kita,” lanjutnya.
Kang Dhani, sapaan akrabnya, menegaskan bahwa pesantren layak mengirimkan pesantren damai kepada khalayak luas. Menurutnya pesantren adalah tempat yang damai sekaligus memiliki ide dan gagasan perdamaian yang berlandaskan pada nilai-nilai keagamaan.
“Kalaupun ada hal yang berbeda, biasanya komunitas pesantren mampu menyelesaikannya dengan cara ngopi, jagongan, tentu juga dengan guyonan,” ujarnya.
“Kita meyakini dari tempat yang penuh kedamaian maka pesan ini dapat diketuktularkan menjadi budaya bangsa,” lanjut Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung itu.
Kemenag mengemas penyampaian pesan damai dari pesantren ini melalui seni. Dengan seni, menurut Kang Dhani, pesan damai dilakukan dengan halus dan penuh keindahan.
“Harapannya pesan damai tidak sekadar berhenti di kata-kata, tetapi mampu diserap oleh sanubari kita dan diekspresikan oleh perilaku kita,” terang Kang Dhani.
“Saya berharap masyarakat menerima pesan damai dari pesantren dengan baik,” pungkasnya.
Wakil Bupati Rembang sekaligus Pengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin Mochamad Henies Cholil Barro menyatakan di pesantrennya nilai perdamaian bukan hanya diajarkan lewat kata-kata, tetapi langsung dipraktikkan.
“Pesantren Leteh letaknya di kota, bertetangga dengan kawan-kawan non-Muslim, dan selama ini dapat hidup damai dan berdampingan,” ujar pria yang biasa disapa Gus Hanies.
Gus Hanies mengisahkan, dulu persis di depan Pesantren Leteh adalah rumah seorang pemuka Katolik. Santri-santri Leteh, katanya, tidak pernah resah dan terusik dengan keberadaan tokoh non-Muslim tersebut.
“Bahkan tokoh itu sering datang di acara-acara keagamaan, dan kita tidak masalah,” tuturnya.
Thomas Ramdhan, personil Gigi, mengajak masyarakat untuk mensyukuri perdamaian.
“Kalau ingin suasana damai seperti sekarang ini, maka setiap orang harus punya niatan baik,” ujarnya.
Niat baik, lanjut Thomas, ibarat cahaya.
“Kalau niat baik dan kebaikan dilakukan secara serentak, cahaya yang menerangi akan semakin terang, maka hidup pun terasa damai,” lanjutnya.
Selain Gigi, Peacesantren edisi pamungkas ini juga diramaiakan musisi Padi Reborn. Kedua musisi itu menyampaikan pesan-pesan damai melalui lagu-lagu yang dibawakannya.
Ali Mufid, pengunjung asal Pati mengaku terkesan dengan gelaran Peacesantren di Rembang ini.
“Saya kira ini adalah cara yang kreatif dalam menyampaikan nilai-nilai perdamaian,” ucapnya.
Humas