Hannah Nurshobahi (36) sangat terharu ketika dinyatakan lulus seleksi sebagai petugas haji tahun 2023. Selama proses pendaftaran, banyak drama yang ia lewati seperti menerjang banjir dan kemacetan parah sepanjang perjalanan dari rumahnya di Rembang hingga Semarang.
Hanna, sapaan akrabnya, mengaku bahwa keinginannya untuk berangkat haji kuat sekali sejak tahun kemarin. Dorongan itu antara lain dari cerita temannya. Sementara antrean hajinya masih sangat lama.
“Tahun 2022, entah mengapa keinginan ke Haramain sangat kuat. Ditambah seorang sahabat bercerita bahwa Saudi tidak lagi seperti dulu. Saudi telah berubah. Sebentar lagi kiamat. Fenomena-fenomena tak lazim dan aneh terjadi di Saudi,” tutur Hanna mengisahkan cerita yang ia dengar dari sahabatnya.
“Kamu harus segera ke Saudi untuk umrah atau haji sebelum perang terjadi,” sambung aktivis bidang dakwah Fatayat NU Rembang, Jawa Tengah, ini menirukan sahabatnya menjelang keberangkatan menuju tanah suci.
Akhirnya, muncul niat dalam benak Hanna untuk mendaftar sebagai petugas haji. Ia pun mencari informasi kepada teman-temannya. “Tiba-tiba seorang teman yang kakaknya bekerja di Kemenag memberi informasi bahwa ada pembukaan seleksi PPIH Arab Saudi,” ujar sarjana jebolan International Islamic Call College Tripoli, Libya, ini.
Menerjang banjir
Setelah melengkapi persyaratan, Hanna bersama sang suami mengendarai motor langsung mendaftar ke Semarang. Sepanjang perjalanan, drama pun terjadi. Saat itu, sedang terjadi banjir di sepanjang Pantura (Pantai utara Jawa).
“Kami pun menerjang banjir dan kemacetan Rembang-Pati. Sampai di Semarang dan masuk Kantor Kanwil Kemenag Jateng, Kabid PHU mengatakan, ‘daftar di Rembang bisa kok, kan online daftarnya’,” tuturnya mengisahkan.
Setelah berhasil daftar secara daring, Hanna pun mendapatkan kartu ujian. Kemudian dirinya browsing (melakukan pencarian) di internet tentang kisi-kisi soal ujian PPIH, membaca buku-buku manasik haji, dan soal-soal ujian PPIH.
“Ternyata ujian ditunda, waktu pendaftaran diperpanjang. Alhamdulillah, masih banyak waktu untuk belajar,” ungkap perempuan kelahiran Cirebon, 11 Juni 1986, ini seraya bersyukur.
Waktu ujian pun tiba. Ujian menggunakan aplikasi petugas CAT. Materinya seputar tugas dan fungsi (tusi) akomodasi, manasik haji, sejarah haji, wawasan kebangsaan, serta moderasi beragama.
“Alhamdulillah, nilai memuaskan. Akhirnya saya lolos tes dan mengikuti tes tahap dua serta wawancara. Soal-soalnya 75 persen sama dengan tes tahap 1. Wawancara tes tulis lisan ayat Al-Quran, moderasi beragama, dan tusi akomodasi,” paparnya.
Hanna pun bersyukur setelah dirinya dinyatakan lulus pada tahap kedua dan menjadi bagian petugas PPIH bagian akomodasi yang diakomodir oleh Kanwil Kemenag Jawa Tengah.
“Setelah tes, masih ada syarat lagi menjadi PPIH, yaitu Bimtek selama 10 hari di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur,” kata Hanna.
Melayani kebutuhan jemaah
Saat ini Hanna sudah berada di Makkah, Arab Saudi. Ia tiba pada Sabtu, 27 Mei lalu pukul 18.00 waktu KSA. Bersama petugas lainnya ia ditempatkan di sektor 11, Misfalah, bagian akomodasi.
“Tugasnya di sini banyak. Sebelum kedatangan jamaah kami harus benar-benar memastikan hotel-hotel akomodasi di wilayah sektor 11 siap dengan segala fasilitasnya. Termasuk ngecek kapasitas kamar hotel sesuai dengan manifes Siskohat,” kata Hanna melalui layanan Whatsapp
Menurut penuturan ibu tiga anak ini, di sektor 11 Misfalah, terdapat 13 hotel yang telah disediakan untuk jemaah haji asal Indonesia.
“Saat ini saya berada di Al Zaer Al Khalil Hotel. Ada 329 kamar dengan total kapasitas 1.396,” ujar dia.
Tugas lain yang dihadapi Hanna adalah menjadi penghubung dengan pihak pelayan hotel. Selain tentunya menyambut kedatangan jemaah haji di hotel, membagikan kunci, dan kartu hotel.
“Kalau jamaah belum datang aku kerjanya dari hotel ke hotel. Memastikan seluruh kapasitas kamar yang jumlahnya ribuah,” sambungnya.
Dengan kemampuan bahasa Arab aktif, Hanna tidak memiliki kendala berarti ketika berurusan dengan pihak manajemen hotel. Hal ini penting agar fasilitas yang diminta oleh PPIH bisa digunakan dengan baik oleh jemaah haji.
“Ketika jamaah sudah tiba, kami harus stanby. Karena sewaktu-waktu jamaah membutuhkan petugas, dan kami harus siap sedia,” tutup Hanna. (Ali Mustofa Asrori)