Rembang – Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Mas Said Surakarta mengadakan Forum Group Discussin (FGD) dengan Kemenag Rembang terkait Integrasi Daya Tarik Wisata Agama, Budaya, dan Alam sebagai Penguatan Moderasi pada Masyarakat Pesisir Lasem. FGD ini digelar pada Rabu (27/7/2022) di aula PLHUT Kemenag Rembang.
Tim Peneliti dipimpin oleh Prof Giyoto bersama dua dosen dari Fakultas Adab, yaitu Moh. Yahya dan Ellen Inderasari mengadakan FGD untuk mengetahui lebih jauh penerapan moderasi beragama di Kecamatan Lasem dari berbagai hal.
“Kami ingin tahu lebih jauh mengenai Lasem yang disebut sebagai Kota sarat budaya dan agama. Bagaimana penerapan kehidupan antar umat beragama di sana,” kata Prof Giyoto.
Kepala Kankemenag Kabupaten Rembang, M. Fatah, didampingi oleh Humas Kemenag Rembang, Shofatus Shodiqoh, mengatakan, kerukunan dan harmonisasi kehidupan umat beragama di Kecamatan Lasem sudah berlangsung sejak dahulu, bahkan sebelum kemerdekaan.
“Dalam melawan penjajah Belanda, etnis Jawa, Arab, dan Tinghoa Bersatu untuk melawan penjajah dalam peristiwa Perang Kuning. Ada tiga tokoh dari 3 etnis, yaitu Kyai Ali Badawi, Oei Ing Kiat dan Raden Panji Margono,” terang Fatah.
Sementara dalam kehidupan sekarang, ada satu desa yang sudah dicanangka sebagai Desa Sadar Kerukunan, yaitu Desa Soditan, Kecamatan Lasem. Pencanangannya oleh Gubernur Jateng pada tahun 2021.
Di Soditan ini, ada empat jenis tempat ibadah, yaitu Masjid/musala, gereja, klenteng dan vihara.
“Di desa ini ada satu budaya antar etnis yang diwariskan oleh ulama besar dari Lasem, yaitu KH Ma’shoem (pengasuh Ponpes Al-Hidayat). Yaitu budaya Srawung Paseduluran. Budaya ini adalah suatu forum rembug antar warga Soditan yang terdiri atas etnis Jawa, Arab dan Tionghoa,” kata Fatah.